Translate

Kamis, 21 Februari 2013

MAKALAH PLH : LARUNG SEMBONYO


NAMA : VIRDAUS SAPUTRI
KELAS : 11 IPA 5
SMA NEGERI 1 BOYOLANGU,TULUNGAGUNG

BAB  I
PENDAHULUAN
A.             LATAR BELAKANG
               Upacara Larung Sembonyo. Dapat kita lihat, upacara tersebut merupakan salah satu upacara adat daerah Kabupaten Tulungagung yang dilakukan di Pantai Popoh, kecamatan Besuki. Upacara ini dilakukan dengan cara pelarungan sesajian yang dilengkapi dengan nasi tumpeng kuning yang besar dan tinggi ke laut. Upacara ini dilakukan dengan tujuan supaya di beri berkah dan memperoleh hasil laut dan hasil daratan yang melimpah.
               Upacara larung sembonyo dilakukan oleh para petani dan nelayan warga sekitar Pantai Popoh. Dilaksanakan pada ahad kliwon pada bulan selo, sebenarnya upacara larung sembonyo dilaksanakan pada senin kliwon bulan selo. Tetapi, dengan alasan tertentu upacara ini dilaksanakan pada Ahad Kliwon bulan selo. Upacara larung sembonyo ini, mendapat inspirasi dari legenda Popoh tentang Tumenggung Yudhonegoro. Masyarakat Popoh meyakini, dia memiliki nama asli Raden Kromodipo, seorang kepala prajurit dari Kerajaan Mataram.
               Yudhonegoro mendapat perintah dari Adipati Andong Biru. Andong Biru adalah ningrat Kerajaan Mataram yang mendapat mandat raja sebagai penguasa wilayah hutan di pesisir Jawa, mulai dari Pacitan hingga Banyuwangi. Mataram yang saat itu berambisi memperluas wilayah, gencar membuka kawasan-kawasan baru. Lalu Andong Biru memerintah Yudhonegoro agar membuka kawasan Popoh yang kala itu masih berupa hutan belantara, menjadi daerah berpenduduk.
               Andong Biru mengiming-imingi Yudhonegoro, kelak jika berhasil membuka kawasan Popoh, dia berhak mempersunting putri kesayangannya, Gambar Inten. Yudhonegoro tak mengecewakan. Popoh disulapnya menjadi kawasan berpenghuni. Kekuasaan Mataram melebar. Andong Biru pun memenuhi kaulnya terhadap Yudhonegoro.
               Kemudian Tumenggung Yudhonegoro melakukan pelarungan sesajian ke laut Popoh dan sampai sekarang tradisi tersebut masih dijalankan oleh masyarakat sekitar pantai Popoh.








B.             RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang diajukan adalah :
1.     Apa yang di maksud dengan upacara larung sembonyo ?
2.     Siapa saja yang melakukan upacara larung sembonyo ?
3.     Bagaimana asal-muasal terjadinya upacara larung sembonyo ?
4.     Dimana dilaksanakannya upacara larung sembonyo ?
5.     Kapan dilaksanakan upacara larung sembonyo ?
6.     Pada tahum berapa dilakukan upacara larung sembonyo besar-besaran ?
7.     Apa saja alat perlengkapan untuk melakukan upacara larung sembonyo ?


C.            TUJUAN PENELITIAN

1.     Mengetahui secara jelas tentang upacara larung sembonyo
2.     Mengetahui dengan jelas asal-muasal upacara larung sembonyo
3.     Memberitahukan kepada teman-teman tentang salah satu upacara adat yang ada di Tulungagung, yaitu upacara larung sembonyo
4.     Menginformasikan kepada masyarakat Tulungagung yang belum mengenal tentang upacara larung sembonyo
5.     Agar masyarakat Tulungagung melestarikan upacara larung sembonyo ini yang ada sejak zaman nenek moyang kita

D.            KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian dilakukan untuk menyelesaikan tugas yang di berikan oleh guru PLH kami dalam meneliti dan menjabarkan tentang salah satu upacara adat yang ada di Kabupaten Tulungagung. Kami meneliti tentang upacara larung sembonyo yang di lakukan di pantai Popoh, Tulungagnug. Dan di dalam makalah kami ini berisi tentang apa itu upacara larung sembonyo, asal-muasalnya, alat perlengkapan yang di gunakan dalam upacara larung sembonyo, dll.







BAB II
PEMBAHASAN
2.1 . Upacara Larung Sembonyo
Upacara larung sembonyo merupakan salah satu upacara adat yang ada di daerah Kabupaten Tulungagung. Pelaksanaan upacara larung sembonyo ini dilaksanakan dengan cara melarungkan sesajian ke laut dengan berharap mendapatkan berkah, keselamatan dan memperoleh  hasil laut dan daratan yang melimpah.

2.2 . Yang Melakukan Upacara Larung Sembonyo
Pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat nelayan dan petani berkaitan dengan mata pencaharian sebagai nelayan, petani serta merupakan sarana unutuk
menghormati leluhurnya yang berjasa dalam membuka kawasan teluk Popoh. Mereka tidak ingin melupakan jasa Tumenggung Yudo Negoro sebagai pahlawan
sekaligus sebagai pendiri desa Tawang, Tasikmadu. Jika mereka melalaikan takut
ada gangguan, sulit dalam penangkapan ikan, panen pertanian gagal, timbul wabah, bencana alam dan sebagainya.

2.3 . Asal-muasal Upacara Larung Sembonyo

Mitos masyarakat teluk Popoh tentang pembuatan kawasan teluk Popoh merupakan asal usul adanya upacara Larung sembonyo.
Sembonyo sebenarnya nama mempelai tiruan berupa boneka kecil dari tepung beras ketan, dibentuk seperti layaknya sepasang mempelai yang sedang bersanding. Duduk diatas perahu lengkap dengan peralatan satang, yaitu alat unutuk menhjalankan dan mengemudikan perahu. Penggambaran mempelai tiruan yang bersanding diatas perahu ini dilengkapi pula dengan sepasang mempelai tiruan terbuat dari ares atau galih batang pisang, diberi hiasan bunga kenangadan melati, lecari. Karena sembonyo mengambarkan mempelai, maka perlengkapan upacara adat sembonyo juga dilengkapi dengan asahan atau sesaji serta perlengkapan lain seperti halnya upacara perkimpoian tradisional jawa.
Tiruan mempelai yang disebut Sembonyo itu berkaitan dengan mitos setempat mengenai terjadinya tradisi larung sembonyo. Tradisi ini bermula dari suatu peristiwa yang dianggap pernah terjadi , yaitu perkimpoian antar Raden Nganten Gambar Inten, dengan Raden Tumenggung Kadipaten Andong Biru. Raden Nganten Gambar Inten juga terkenal dengan nama raden Nganten Tengahan.
Larung Sembonyo ini mendapat inspirasi dari legenda rakyat pantai Popoh tentang Tumenggung Yudhonegoro. Masyarakat Popoh meyakini, dia memiliki nama asli Raden Kromodipo, seorang kepala prajurit dari Kerajaan Mataram.
Alkisah, kata legenda itu, Yudhonegoro mendapat perintah dari Adipati Andong Biru. Andong Biru adalah ningrat Kerajaan Mataram yang mendapat mandat raja sebagai penguasa wilayah hutan di pesisir Jawa, mulai dari Pacitan hingga Banyuwangi.
Mataram yang saat itu berambisi memperluas wilayah, gencar membuka kawasan-kawasan baru. Lalu Andong Biru memerintah Yudhonegoro agar membuka kawasan Popoh yang kala itu masih berupa hutan belantara, menjadi daerah berpenduduk.
Andong Biru mengiming-imingi Yudhonegoro, kelak jika berhasil membuka kawasan Popoh, dia berhak mempersunting putri kesayangannya, Gambar Inten.
Yudhonegoro tak mengecewakan. Popoh disulapnya menjadi kawasan berpenghuni. Kekuasaan Mataram melebar. Andong Biru pun memenuhi kaulnya terhadap Yudhonegoro.
Sebagai ungkapan kegembiraan, Andong Biru menggelar pesta besar-besaran pernikahan Yudhonegoro-Gambar Inten. Pesta berlangsung Senin Kliwon, bulan Selo pada penanggalan Jawa. Di tengah kebahagiaannya memperistri putri cantik Gambar Inten, Yudhonegoro tak lupa diri.
Ia bersyukur. Berkat sokongan sang penguasa laut, Popoh bukan lagi hutan belantara, Gambar Inten juga jadi miliknya. Karena itulah, Yudhonegoro melakukan sedekah laut dengan cara melarung sembonyo ke laut pantai Popoh.
Tradisi inilah yang dipertahankan secara turun oleh masyarakat Popoh. Hanya, dalam perkembangannya, Larung Sembonyo tidak lagi jatuh pada Senin Kliwon, tetapi Ahad (Minggu) Kliwon.
Masyarakat Popoh mempertahankan Kliwon (hari pasaran sesuai dengan penanggalan Jawa). Sebuah alasan praktis karena Minggu hari libur sehingga pelancong memiliki waktu luang untuk mengikuti Larung Sembonyo.
Upacara berlangsung setiap tahun yang jatuh pada Ahad Kliwon (Minggu Kliwon) bulan Selo (Dzulqa'dah) sesuai dengan penanggalan Jawa.

2.4 . Dimana Dilaksanakannya Upacara Larung Sembonyo
Larung sembonyo dilaksanakan di Teluk Popoh, Desa Besuki Kecamatan Besuki.  Upacara adat atau upacara tradisional lainnya yang tempat pelaksananaannya didesa Besuki, Popoh, Margomulyo, Karanggandu, dan Karanggongso itu disebut dengan berbagai istilah: sedekah laut; larung sembonyo; upacara adat sembonyo; mbucal sembonyo; bersih laut.

2.5 . Kapan Dilaksanakannya Upacara Larung Sembonyo
Upacara Sembonyo dilakukan setiap bulan Selo, hari senin Kliwon setiap tahun. Tradisi inilah yang dipertahankan secara turun oleh masyarakat Popoh. Hanya, dalam perkembangannya, Larung Sembonyo tidak lagi jatuh pada Senin Kliwon, tetapi Ahad (Minggu) Kliwon.
Masyarakat Popoh mempertahankan Kliwon (hari pasaran sesuai dengan penanggalan Jawa). Sebuah alasan praktis karena Minggu hari libur sehingga pelancong memiliki waktu luang untuk mengikuti Larung Sembonyo.
Upacara berlangsung setiap tahun yang jatuh pada Ahad Kliwon (Minggu Kliwon) bulan Selo (Dzulqa'dah) sesuai dengan penanggalan Jawa.

2.6 . Upacara Larung Sembonyo Besar-besaran
Upacara Larung sembionyo pada tahun 1985 dilaksanakan secara besar-besaran setelah sebelumnya terhenti akibat situasi politik. Peringatan saat itu dibantu Pemda kab. Trenggalek dalam rangka promosi wisata.Upacara Sembonyo dilaksanakan penuh syarat syarat, dan beraneka ragam larangan. Hal ini mempengaruhi watak masyarakat Popoh, khususnya masyarakat nelayan yang membutuhkan ketekunan, ketabahan dan keberanian menantang maut, yang mengintai setiap saat. Laut ladangnya, laut tempat rejekinya.

2.7 . Alat Dan Perlengkapan Upacara Larung Sembonyo
Sembonyo sebenarnya nama mempelai tiruan berupa boneka kecil dari tepung beras ketan, dibentuk seperti layaknya sepasang mempelai yang sedang bersanding. Duduk diatas perahu lengkap dengan peralatan satang, yaitu alat unutuk menhjalankan dan mengemudikan perahu. Penggambaran mempelai tiruan yang bersanding diatas perahu ini dilengkapi pula dengan sepasang mempelai tiruan terbuat dari ares atau galih batang pisang, diberi hiasan bunga kenangadan melati, lecari. Karena sembonyo mengambarkan mempelai, maka perlengkapan upacara adat sembonyo juga dilengkapi dengan asahan atau sesaji serta perlengkapan lain seperti halnya upacara perkawinan tradisional jawa.
Perkawinan itu dilaksanakan pada hari senin kliwon , bulan selo, dimeriahkan dedngan kesenian Tayub selama 40 hari 40 malam. Bertolak dari dongeng itulah upacara adat Larung Sembonyo dilaksanakan dari tahun ke tahun oleh masyarakat teluk Popoh sampai sekarang.
Secara garis besar tahap tahap upacara adat Larung Sembonyo dibagi menjadi dua tahap persiapan yang meliputi: malam widodaren membuat sembonyo, kembar mayang, menyiapkan encek /sesaji serta menyiapkan kesenian jaranan untuk penggiring dan tahap pelaksanaan.
Sedangkan tahap pelaksanaan upacara Larung sembonyo: arak-arakan diberangkatkan dari kantor kecamatan watulimo menuju tempat pelelangan ikan yang telah dihiasi layaknya pesta perkawinan. Sembonyo diusung yang diriingi para petugas upacara dalam formasi tertentu.
Setelah dilakukan suguh, maka sembonyo ditaruh diatas gethek kemudian dilarung kelaut lepas.


BAB III
PENUTUP
A.        KESIMPULAN
             Dari penjelasan materi diatas, dapat kami simpulkan bahwa Mitos masyarakat teluk Popoh tentang pembuatan kawasan teluk Popoh merupakan asal usul adanya upacara Larung sembonyo. Masyarakat Popoh hampir seluruhnya beragama Islam, namun mereka merasa kurang tentram hidupnya bila meninggalkan tradisi dan upacara Sembonyo yang diyakini untuk menjaga keseimbangan dengan alam sekitarnya serta alam semesta. Upacara Sembonyo dilakukan setiap bulan Selo, hari senin Kliwon setiap tahun.
             Pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat nelayan dan petani berkaitan dengan mata pencaharian sebagai nelayan, petani serta merupakan sarana unutuk menghormati leluhurnya yang berjasa dalam membuka kawasan teluk Popoh. Mereka tidak ingin melupakan jasa Tumenggung Yudo Negoro sebagai pahlawan sekaligus sebagai pendiri desa Tawang, Tasikmadu. Jika mereka melalaikan takut ada gangguan, sulit dalam penanngkapan ikan, panen pertanian gagal, timbul wabah, bencana alam dan sebagainya.

B.         SARAN
Kami memiliki beberapa saran sebagai berikut :
a.      Upacara larung sembonyo merupakan salah satu upacara adat di Kabupaten Tulungagung yang harus di jaga kelestariannya.
b.     Perlunya dipublikasikan ke masyarakat khususnya daerah Tulungagung tentang upacara larung sembonyo ini, karena menurut kami belum banyak masyarakat yang mengenal tentang upacara larung sembonyo tsb.
c.      Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat Kabupaten Tulungagung tentang pelestarian upacara larung sembonyo, agar upacara adat ini tidak punah dan masih dilaksanakan sampai berturun-turun ke anak cucu kita kelak.





DAFTAR PUSTAKA
2.     Sumber-sumber yang terpercaya.

3 komentar:

  1. Tumpeng memiliki simbol dan arti yang dalam. Baik digunakan untuk acara pribadi maupun resmi.
    Jika mau nambah informasi atau pemesanan bisa ke
    http://tokokuejakarta.weebly.com/about.html

    BalasHapus
  2. Tumpeng memiliki simbol dan arti yang dalam. Baik digunakan untuk acara pribadi maupun resmi.
    Jika mau nambah informasi atau pemesanan bisa ke
    http://tokokuejakarta.weebly.com/about.html

    BalasHapus
  3. Kak gambar dari pengantin tiruan yang diarak itu seperti apa..??

    BalasHapus