Hai
guys..
Kembali
lagi nih sama aku. Kali ini aku akan nulis berbeda dari biasanya. Ya,
postinganku kali ini berupa sebuah cerpen. Yup, terinspirasi dari sebuah pengalamanku beberapa tahun silam.. Mungkin, kejadian ini sih banyak yang ngalamin juga
ya.. kan lagi ngetren*nya, bahahaha.. tanpa basa basi lagi, let’s check it out
!
Semua ini, berawal dari sebuah Pendiklatan anggota
baru sebuah organisasi kami. Tahun ini kami yang jadi seniornya. Oh iya, namaku
Putri. Salah seorang murid di Senior High School yang ternama di kotaku. Waktu
itu aku duduk di kelas XI, begitu juga dengan Ardi. Ya Ardi, dia adalah cowok
yang menurutku keren abis! Dari kelas X kami emang gak pernah satu kelas. Waktu
kelas X, Ardi dikelas XB dan aku XA. Ketika kami sama* kelas XI, Ardi di XI A1
dab aku A3. Yup begitulah, tapi kami masih bisa bertemu dalam satu organisasi.
Ardi, ya. Aku sudah kenal sejak pertama kali MOS (
Masa Orientasi Siswa). Salah satu cowok yang sering kupandangi dan menjadi
salah satu alasanku buat datang kesekolah. Cowok bermata sipit itu yang sudah
membawa lari hati dan pikiranku. Kian lama ku pandangi dia tanpa dia sadar,
tiba-tiba muncul suatu perasaan dalam hatiku yang begitu melonjak-lonjak. Aku
suka pada Ardi, ya aku menyukainya. Bukan! Mungkin aku hanya kagum pada sosok
cowok berambut cepak itu.
Entah, apa yang ada dipikiranku saat itu, aku begitu
gundah resah. Aku selalu menyembunyikan apa yang aku rasa, tak ada seseorang
pun yang tau akan hal ini. Maksud hati ingin ngobrol sama Ardi, tapi apalah
daya, menatapnya saja aku tidak kuat. Oh Tuhan.. ada apa ini.
Satu tahun lebih kupendam perasaan ini. Hingga pada
suatu hari pada awal kelas XI, diadakan pendiklatan anggota baru di organisasi
kami. Sebenarnya, jabatanku di organisasi ini juga tak begitu penting, aku
hanyalah sebagai anggota. Ya mungkin banyak yang menganggapku tak ada dalam
organisasi ini. But, whatever lah.. aku datang juga karena Ardi, bukan mereka*
yang menganggapku tak ada.
Sebuah desa, tepatnya berada di daerah salah satu
dataran tinggi (pegunungan) dikota kami menjadi tempat dilangsungkannya
pendiklatan. Yup, sebenarnya malas sekali mengikutinya tapi ini kewajiban, ya
meski terpaksa tapi tetap berangkat. Nah, ini yang membuatku malas. Bukannya
aku ikut di rombongan peserta, malah disuruh ikut sama rombongan guru
pendamping. Bukan main malu ku saat itu, mana guru yang mendampingi itu masih
muda dan belum menikah. Hahaha.. malu sama senang campur jadi satu deh
pokoknya.
Kira-kira sekitar 60 menit, rombongan kami sudah
sampai dilokasi. Bukan, ini bukan lokasinya. Lokasinya masih berada nan jauh di
atas sana. Untuk mencapai atas, kami dan calon peserta harus mendaki +/- 10km
jauhnya. Dapat kubayangkan jarak sejauh itu saat dulu aku ikut lari maraton,
jauh banget. Apalagi ini dalam posisi naik keatas. Dapat kurasakan kakiku yang
sakit bila sudah sampai puncak. Ini sangat menyiksa.
Proses pendiklatan ditahun ini, para peserta dibagi
menjadi 8 kelompok. Mereka harus naik keatas dan harus berhenti di setiap
pos-pos yang sudah ada kakak* senior untuk istirahat dan mendapat materi. Ada
4-6 pos yang harus mereka kunjungi untuk bisa sampai puncak. Tiap pos berisi
2-3 kakak* senior. Oh sial banget, aku dapet tugas di pos 1, pos paling bawah.
Dan untuk naik keatas harus jalan kaki(?) oh aku sungguh tak percaya. But,
kujalani juga.
Di pos 1 aku
jaga sama temenku dari kelas XI A7, Diyah namanya. Aku sudah males sih, jadi
gak terlalu total ngejalanin tugas ini. Biarlah Diyah yang ngasih materi ke
adek* peserta. Duh, sumpah lama banget deh rasanya, harus panas*an disini
nunggu adek* ngerjain tugas dari Dyah. Mana dari tadi belum kelar juga semua
pesertanya. Oh, aku tak tahan dengan situasi menjengkelkan seperti ini.
Ssttt... tiba-tiba saja Ardi lewat pos ku, yaiyalah
secara dia mau naik ke atas nganterin minuman buat senior yang jaga di pos
puncak sih, lantas mana bagianku? Aku juga kehausan disini Arr, kamu tega
banget, gertakku dalam hati. Mau minta minum saja aku tak berani bilang ke
Ardi, aku hanya bisa menatapnya. Ya menatapnya, dari jauh. Ardi pun pergi,
pupus juga harapanku dapat minum.
Oh Lord.. akhirnya selesai juga tugasku di pos 1.
Sudah siang, panas banget! Apalagi ini musim kemarau. Arghhh.. dehidrasi deh,
mana tagi gak bawa botol minuman. Untunglah, Dyah menawariku minum dan snack
yang dia bawa, syukurlah. Aku dan Dyah istirahat sebentar di pos tempat kami
jaga, ya sekedar nyegerin pikiran lah sama ngumpulin tenaga lah buat mendaki ke
puncak. ”oh, andai saja ada Ardi yang mau menawariku buat bareng naik ke atas”
gumamku. Tiba-tiba saja Ardi lewat dan seketika berhenti di depanku
“hey
put, sudah selesai ya?” tegur Ardi.
“eh,
iya nih Arr. Kamu mau kemana? Ke atas ya” tanyaku sedikit berharap.
“iya
put. Kenapa? Kamu mau bareng?” tanya Ardi.
“ah,
enggak aja Arr, bawaanmu banyak tuh. Nanti jatoh lagi. Lagian Dyah gimana”
“haha..
eh, kamu pengertian banget put. Yaudah aku duluan ya..” Ardi tersenyum.
Hah.. bodoh banget sih aku. Ini kan kesempatan buat
ngobrol juga sama Ardi. Ah. Tapi ya kasian Dyah juga sih harus susah payah
mendaki keatas, sendirian pula. Biarlah kutemani Dyah berjalan kaki keatas
bersamaku.
Sambil ngobrol-ngobrol sama Dyah, ku daki jalan terjal ini setapak demi
setapak. Lelah pun kini sudah terasa di betis kami. Pos demi pos kulalui sama
Dyah. Tak terasa juga, aku dan Dyah hampir sampai lokasi yang ada dipuncak.
Perasaan lega pun kini terpancar dari wajah kami berdua.
“put,
duduk sini bentar ya, aku capek!” Dyah mengeluh.
“huu..
katanya sering naik turun gunung. Masa capek, haha” candaku.
“beneran
put, lemes banget badanku. Kita istirahat ya” pinta Dyah.
Akhirnya aku dan Dyah istirahat di sebuah gubuk yang
ada dipertigaan jalan yang akan kami lalui. Selang beberapa menit, ada suara
cewek yang memanggilku, “Hai put!”. Oh Lord, ternyata Tya dan Udin yang sedang
berlintas menaiki sebuah motor. Tya, ya. Sesosok cewek yang amat cuek tapi dia
sahabatku. Oh.. tega sekali dia membiarkanku jalan kaki. Yaa.. mungkin lagi
sama Udin. Mereka kan satu kelas dulu,pikirku. Udin, cowok berambut agak
kriting itu mendapat bagian sebagai pengontrol kesehatan dalam Pendiklatan kali
ini. Yap... sedikit penjelasan tentang mereka.
“oh
iya Ya.. ada apa gerangan kau memanggilku. Berhenti dong!” kataku.
“iya(menyuruh
Udin menghentikan mesinnya). Kamu jalan kaki Put?”
“iya
nih Ya.. aku jalan kaki dari bawah sama si Dyah nih, capek. Mana kami
dehidrasi. Kamu bawa minum gak?”
“enggak
nih Put, hmm diatas ada konsumsi kok. Cepetan kamu keatas aja”
“aku
capek Ya, apalagi Dyah nih, kasihan. Tadi si Ardi juga gak ngasih minum”
“ah
masa iya? Yaudah aku nemeni kamu jalan aja ya Put?”
“loh
enggak, gimana dengan Udin? Kamu jaga sama dia aja Ya, aku gak apa*”
Tya dan Udin pun akhirnya meneruskan tugas mereka
untuk keliling mencari dan berjaga kalau ada peserta yang membutuhkan bantuan
mereka.
“eh
put put.. kamu denger sesuatu gak” teriak Dyah.
“apa
apa Yah? Denger apaa?” tanyaku panik.
“itu
lo.. seperti ada suara yang mendekat”
Ku tengok jalan yang kulalui sama Dyah tadi. Ternyata
segerombolan salah satu kelompok sedang melanjutkan perjalanan menuju puncak
lokasi. Aku dan Dyah pun segera bergegas lari meninggalkan gubuk tempat
istirahat kami tadi. Berharap bisa sampai puncak terlebih dahulu ketimbang
segerombolan salah satu kelompok tadi, sampai-sampai aku dan Dyah tak
menghiraukan sapaan dari sebagian kakak-kakak penjaga di pos. Ohh, maafkan aku
kawan, aku terlalu bersemangat.
Tak terlalu jauh jalan yang kami lalui untuk sampai
puncak dari lokasi gubuk tadi, jadi gak butuh waktu lama untuk bisa sampai
dipuncak lokasi. Tepatnya disebuah tenda yang terbuka, kutemui ketua organisasi
kami, Nura namanya. Nura, cewek berjilbab itu, cewek yang paling centil di
organisasi ini. Yup, tapi aku salut sama dia, dia pinter sih.“Putri.. Putri..
kesini kesini (melambaikan tangan)” panggil Nura mengajakku bergabung
dengannya.
Aku dan Dyah bergegas menuju tenda disebelah masjid
itu. Akhirnya sampai juga disini. Kulihat sudah ada 2 kelompok yang sudah
sampai disini dan beristirahat. Aku bergabubng dengan mereka, tapi mana Ardi?
Daritadi aku tak menjumpainya disini sama Nura. Ah sudahlah, pikirku. Kulihat
jam tanganku sudah menunjukkan waktunya sholat Dhuhur. Kuberitahu Nura supaya
dia mengingatkan para peserta yang sudah sampai untuk segera mengambil air
wudhu dan sholat.
Tak lama kemudian kelompok demi kelompok berdatangan
di ikuti para kakak-kakak senior dibelakangnya. Mereka segera bergegas menuju
masjid dan bergabung dengan yang lainnya.
Seusai sholat berjamaah, kami semua makan siang. Saat
itu aku besama Tya makan di tenda disusul Fajar, Ardi dan semua kakak-kakak
senior. Sedangkan para peserta yang lain makan sambil istirahat di masjid.
Waktu makan, Ardi duduk disebelahku. Kulirik Ardi,
sejenak kulihat pancaran sinar matanya. Oh tidak, aku tak sanggup untuk
berlama-lama menatap mata itu. Tiba-tiba saja, Ardi mengarahkan pandangannya ke
diriku. Aku kaget, lalu menundukkan pandanganku. Lucunya diriku, kulirik Ardi
lagi, dia tersenyum. Iya tersenyum karena kekonyolanku.
Bukan di tenda tersebut lokasi pendiklatannya,
melainkan di sebuah air terjun deket sungai dimana untuk mencapainya perlu
berjalan kaki +/- 2km. Tak apalah, pikirku. Aku berjalan paling depan bersama
Tya, Diyah dan Ita. Menyenangkan sekali, kami berempat menyanyi ria yang
kemudian di ikuti para peserta diklat yang ada dibelakang kami. Ini sungguh
menyenangkan. Kami semua bercanda ria dan menjalin keakraban dengan anggota
junior.
Gak butuh waktu lama sih untuk sampai di lokasi air
terjun, Cuma berkisar +/- 20 menitan lah kami semua sampai lokasi tersebut.
Semua bersorak gembira karena usaha untuk mencapai sini yanbg begitu sulitnya
terbayarkan dengan jernihnya air sungai tersebut. Waahh aku juga ikut senang
akan hal ini, tapi aku gakmau masuk kedalam air, gak bawa baju ganti soalnya.
Haha..
Sesaat kemudian, ada intruksi dari Nura, ketua
organisasi kami. Bahwa, anggota junior harus mencari benda yang dimaksudkan
Nura di sungai ini sebagai tanda resminya mereka semua menjadi anggota yang
baru. Haha seru juga inisiatif si Nura, biar semangat nyari disuruh
basah-basahan disungai.. seruu seruu, pas lagi panas-panasnya ini...
Tanpa berlama-lama, anggota junior pada njebur ke
sungai, mihihi kayak bebek yang digiring pemiliknya buat mandi dikali aja nih. Sementara
anggota junior pada sibuk main basah-basahan, kami semua anggota senior asyik
sendiri nunggu di atas sambil ngamatin para anggota junior. Tak mau kalah
acara, Aku, Tya dan Diyah asyik sendiri sama obrolan kami tentang Iphone
keluaran terbaru, ya Iphone 5. Duhh kapan bisa beli yaa?
Sedang asyik-asyiknya ngobrol, kami bertiga dipanggil
sama Ardi suruh gabung sama mereka ditempat teduh bawah pohon yang disebrang
sungai sana. Duhh.. Ardi manggil aku? Melayang melayang rasanya. Eh tapi kan
yang dipanggil nggak cuman aku, pupus deh anganku.
Tanpa pikir panjang lagi, Aku dan kedua temanku
langsung bergegas menuju tempat teman-teman senior lainnya. Melewati jembatan,
mengarahkan pandanganku ke Ardi, begitu rupawannya dia. Tampaknya Ardi juga
mengamatiku waktu aku melewati jembatan itu. Oh Ardi, kamu takut aku jatuh ya,
kamu takut aku kenapa-kenapa ya? Perhatian banget sih, anganku semata.
“Kau
memanggilku Nur? Ada apakah?” tanyaku pada Nura.
“Gak
ada apa-apa kok Put, cuman biar kelihatan kompak aja dimata adek-adek”
“kamu
bener juga Nur, kukira kalau ada sesuatu yang emergency gitu, haha”
“Ah
kamu ini ada-ada saja. Oh iya, dicari Ardi tuh, ciyee..”
“Hah
Ardi? Kamu gak bohong kan Nur (badan langsung panas dingin)”
“Aku
bercanda Put. Ciyee kena dia (berlari mengejekku)”
“Aahh..
dasar kamu Nur. Awas yaa (mengejar Nura)”
Aku dan Nura saling berkejaran sambil tertawa
terbahak-bahak. Wow asyik sekali.. ini membuat perutku serasa kram. Tapi Nura
tak kunjung berhenti juga, kuputuskan untuk berhenti berlari mengejar Nura.
Kutundukkan arah pandanganku ketanah, aku sangat capek. Kubuat lututku sebagai
tumpuanku berdiri. Eh tunggu sebentar, tiba-tiba kulihat ada kaki bersepatu
dihadapanku.
“Kamu
kenapa Put?” kata sesosok bersepatu itu.
“(kuarahkan
pandanganku keatas) eh kamu Arr..” kataku kaget.
“Loh,
kenapa kaget? Ada yang salah ya sama aku?”
“Eh..
enggak kok Arr, Cuma heran aja kok kamu disini”
“Iya,
aku tadi sama si Wawan lagi ada urusan di tenda put. Kamu kenapa lo? Kok
bersimpuh disini?” tanya Ardi sambil melongo.
“Hehehe
gak apa-apa kok Arr, kecapekan aja habis kejar-kejaran sama si Nura tuhh”
“Kenapa
sampai kejar*an Put? Yuk kubantu, capekkan?(mengulurkan tangan)”
“(kuterima
uluran tangan Ardi) makasih ya Arr, kesana ya, gabung sama yg lain”
Aku dipapah Ardi menuju tempat teman* senior yang
lain. Duhh... betapa melayang hati ini. Ardi oh Ardi, aku sayang kamu deh,
kataku dalam hati. Sesampainya tempat teman* yang lain, langsung saja aku
dibully sama temen-temen. Yang inilah itulah, tapi aku senang kadang jengkel
juga sih ya. Tapi tak apa, selama itu sama Ardi. Hehehe..
Setelah kejadian barusan, akupun mulai bingung sama
perasaan Ardi ke aku. Mungkinkahh... “hei Put ayo sini, aku kita abadikan
moment ini, kamu harus ikut” kata* itu kemudian merasuk telingaku dan
membuyarkan semua angan*ku. Ternyata si Fajar yang memanggilku. Oh Fajar, kamu
tega sekali ya. Akhirnya aku gabung dengan yang lain untuk berfoto. Eh tapi
mana Ardi? “Hey.. tunggu aku” itu suara Ardi, darimana dia. Kok lari-lari
begitu? Aku pun kaget juga, mengapa Ardi mengambil posisi disebelahku? Memegang
pundakku? Oh plis Ardi, jangan buat aku nampak bodoh didepan kamera.
Apa sebenarnya maksud semua ini Arr? Jangan buatku
bingung! Gumamku dalam hati. Ahsudahlah, ngapain juga kupikirkan, mungkin aku
terllu PD ini. Tak terasa, nyaris semua anggota junior mendapatkan benda yang
dimaksud sama si Nura, yahh.. bakalan berakhir dong saat-saat didesa ini, saat
aku senang berada deket sama Ardi, tidaaakkk.
Tapi semua ini tak dapat kuhindarkan. Hari mulai sore,
Setelah meresmikan anggota baru, kami semua balik ke tenda buat bersih-bersih
dan persiapan pulang. Sebenarnya tak mau berakhir, tapi kami semua harus
pulang. Ikhlas ajalah Put. Senyum dong yaa.. akhirnya kami semua balik ke Tenda
untuk bersih-bersih diri dan persiapan pulang.
Dalam perjalanan pulang, aku jalan kaki menuju bawah
sama Tya. Kami jalan berdua dengan cepat, dan tak secapek waktu perjaanan naik
keatas sini. Ditengah-tengah perjalanan, kami duduk disebuah pos ronda dan
tiba-tiba Ardi dan Wawan naik motor berdua. Mereka menyapaku..
“Hai,
loh kalian Cuma berdua. Yang lain dimana?” tanya Ardi.
“hmm
mungkin masih ditenda Arr, tadi aku duluan kesini. Lalu kutunggu mereka di pos
ini”
“oh
begitu ya Put. Oya kamu masih ada pesediaan minum. Aku haus”
Aduh, gimana ini? Aku juga haus, tapi ardi haus. Aku
masih ada 1 aqua gelas dan 1 botol mizone. Apa kukasihkan ke Ardi aja ya, aku
kasian ngelihat dia, gumamku dalam hati sambil ngelihat Ardi.
“eh
ini Arr, aku ada satu gelas aqua nih. Kamu mau? (nyodorin aqua)”
“(Ardi
turun dari motor dan duduk mendekatiku) iya tak apa Put”
Kasihan banget Ardi, sampai segitunya dia meminum aqua
dariku. Dia lalu tanya ke aku, apakah masih ada lagi? Gila, kamu ini habis
ngapain Arr, kok sampai segitunya sama air. Ardi mendekatkan duduknya ke aku,
duh.. berdetak kencang deh ini jantung aku. Dag dig dug duaarr...
“enggak
ada lagi Arr, itu yg terakhir. Sorry ya..” kataku bohong.
“iya
gak apa kok. But makasih lo airnya tadi Put. Sangat bermanfaat. Eh iya, yang
lain dimana ya, kok belum ada tanda-tanda lewat sini?”
“gaktaulah
Arr,” sahut si Wawan yang juga kehausan.
“loh
kamu nanti gimana kebawahnya Put, aku juga sama Wawan, jadi gak bisa mboncengin
kamu deh ini, gimana?” kata Ardi cemas.
“aku
gak apa Arr, aku jalan kaki saja sama Tya kebawah” kataku bersedih.
“biar
siapa nanti kusuruh mboncengin kamu kebawah Put.” Kata Wawan
“iya
Wan, makasih ya.. kalau gak ada juga gak apa kok. Jalan kaki lebih sehat”
Sambil menunggu yang lain, aku dan Ardi terus ngobrol
sambil tertawa riang di pos ronda itu. Dan tanpa kusadari, jarak duduk kami
berdua sangatlah dekat. Dekat banget sama Ardi, hal ini gak pernah terbayangkan
olehku. Oh Lord, terimakasih Kau telah mendekatkanku sama Ardi dalam jarak yang
sedekat ini. Terimakasih. Aku tak bisa menyangka dan membayangkan lagi betapa
senangnya hati ini waktu itu. Yang pasti, terimakasih Ardi, kau telah membuat
sedikit cerita dihidupku. Ya namun pada akhirnya kau tak bersamaku sekarang but
setidaknya kita ‘pernah’ deket dan mempunyai perasaan yang sama, semoga kita
semua sama-sama saling bahagia dan tidak ada yang merasa tersakiti. Terlebih
Putri.
Yup guys, thanks udah nge-baca tulisanku ini nih, ya
meskipun mungkin gak guna juga buat kalian. Tapi setidaknya ada yang bisa kita
contoh dari cerita tadi. 1. Jangan terlalu PD sama perhatian orang ke kita. 2.
Belajar ikhlasJ. Ya poin yang kedua ini memang sulit
dijalanin. ‘ikhlas’ sebenarnya sampai sekarangpun aku juga belum ikhlas kok kalau
‘dia’ yg dulu pernah mewarnai hidupku sekarang sama yg lain. Tapi ya harus
belajar ikhlas kan. Thanks guys{} J
My Inspiration: B JJJJJ
ninggalin komentar ah, uhuk.
BalasHapusterimakasih telah berkunjung haha
Hapus