NAMA : VIRDAUS SAPUTRI
KELAS : 11 IPA 5
SMA NEGERI 1 BOYOLANGU,TULUNGAGUNG
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Upacara Larung Sembonyo. Dapat
kita lihat, upacara tersebut merupakan salah satu upacara adat daerah Kabupaten
Tulungagung yang dilakukan di Pantai Popoh, kecamatan Besuki. Upacara ini
dilakukan dengan cara pelarungan sesajian yang dilengkapi dengan nasi tumpeng
kuning yang besar dan tinggi ke laut. Upacara ini dilakukan dengan tujuan
supaya di beri berkah dan memperoleh hasil laut dan hasil daratan yang
melimpah.
Upacara larung sembonyo dilakukan
oleh para petani dan nelayan warga sekitar Pantai Popoh. Dilaksanakan pada ahad
kliwon pada bulan selo, sebenarnya upacara larung sembonyo dilaksanakan pada
senin kliwon bulan selo. Tetapi, dengan alasan tertentu upacara ini
dilaksanakan pada Ahad Kliwon bulan selo. Upacara larung sembonyo ini, mendapat
inspirasi dari legenda Popoh tentang Tumenggung Yudhonegoro. Masyarakat Popoh
meyakini, dia memiliki nama asli Raden Kromodipo, seorang kepala prajurit dari
Kerajaan Mataram.
Yudhonegoro mendapat perintah
dari Adipati Andong Biru. Andong Biru adalah ningrat Kerajaan Mataram yang
mendapat mandat raja sebagai penguasa wilayah hutan di pesisir Jawa, mulai dari
Pacitan hingga Banyuwangi. Mataram yang saat itu berambisi memperluas wilayah,
gencar membuka kawasan-kawasan baru. Lalu Andong Biru memerintah Yudhonegoro
agar membuka kawasan Popoh yang kala itu masih berupa hutan belantara, menjadi
daerah berpenduduk.
Andong Biru mengiming-imingi
Yudhonegoro, kelak jika berhasil membuka kawasan Popoh, dia berhak
mempersunting putri kesayangannya, Gambar Inten. Yudhonegoro tak mengecewakan. Popoh
disulapnya menjadi kawasan berpenghuni. Kekuasaan Mataram melebar. Andong Biru
pun memenuhi kaulnya terhadap Yudhonegoro.
Kemudian Tumenggung Yudhonegoro
melakukan pelarungan sesajian ke laut Popoh dan sampai sekarang tradisi
tersebut masih dijalankan oleh masyarakat sekitar pantai Popoh.
B.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang diajukan adalah :
1.
Apa yang di maksud
dengan upacara larung sembonyo ?
2.
Siapa saja yang
melakukan upacara larung sembonyo ?
3.
Bagaimana
asal-muasal terjadinya upacara larung sembonyo ?
4.
Dimana
dilaksanakannya upacara larung sembonyo ?
5.
Kapan dilaksanakan
upacara larung sembonyo ?
6.
Pada tahum berapa
dilakukan upacara larung sembonyo besar-besaran ?
7.
Apa saja alat
perlengkapan untuk melakukan upacara larung sembonyo ?
C.
TUJUAN PENELITIAN
1.
Mengetahui secara jelas tentang upacara larung sembonyo
2.
Mengetahui dengan jelas asal-muasal upacara larung sembonyo
3.
Memberitahukan kepada teman-teman tentang salah satu upacara adat yang
ada di Tulungagung, yaitu upacara larung sembonyo
4.
Menginformasikan kepada masyarakat Tulungagung yang belum mengenal
tentang upacara larung sembonyo
5.
Agar masyarakat Tulungagung melestarikan upacara larung sembonyo ini yang
ada sejak zaman nenek moyang kita
D.
KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian dilakukan untuk menyelesaikan
tugas yang di berikan oleh guru PLH kami
dalam meneliti dan menjabarkan tentang salah satu upacara
adat yang ada di Kabupaten Tulungagung. Kami meneliti tentang upacara larung sembonyo yang di lakukan di pantai Popoh,
Tulungagnug. Dan di dalam makalah kami ini berisi tentang apa itu upacara
larung sembonyo, asal-muasalnya, alat perlengkapan yang di gunakan dalam
upacara larung sembonyo, dll.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 . Upacara Larung Sembonyo
Upacara larung
sembonyo merupakan salah satu upacara adat yang ada di daerah Kabupaten
Tulungagung. Pelaksanaan upacara larung sembonyo ini dilaksanakan dengan cara
melarungkan sesajian ke laut dengan berharap mendapatkan berkah, keselamatan
dan memperoleh hasil laut dan daratan
yang melimpah.
2.2 . Yang Melakukan Upacara Larung Sembonyo
Pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat
nelayan dan petani berkaitan dengan mata pencaharian sebagai nelayan, petani
serta merupakan sarana unutuk
menghormati leluhurnya yang berjasa dalam membuka
kawasan teluk Popoh. Mereka tidak ingin melupakan jasa Tumenggung Yudo Negoro sebagai pahlawan
sekaligus sebagai pendiri desa Tawang, Tasikmadu.
Jika mereka melalaikan takut
ada gangguan, sulit dalam penangkapan ikan, panen
pertanian gagal, timbul wabah, bencana alam dan sebagainya.
2.3 . Asal-muasal
Upacara Larung Sembonyo
Mitos masyarakat teluk Popoh tentang
pembuatan kawasan teluk Popoh merupakan asal usul adanya upacara Larung
sembonyo.
Sembonyo sebenarnya nama mempelai tiruan
berupa boneka kecil dari tepung beras ketan, dibentuk seperti layaknya sepasang
mempelai yang sedang bersanding. Duduk diatas perahu lengkap dengan peralatan
satang, yaitu alat unutuk menhjalankan dan mengemudikan perahu. Penggambaran
mempelai tiruan yang bersanding diatas perahu ini dilengkapi pula dengan
sepasang mempelai tiruan terbuat dari ares atau galih batang pisang, diberi
hiasan bunga kenangadan melati, lecari. Karena sembonyo mengambarkan mempelai,
maka perlengkapan upacara adat sembonyo juga dilengkapi dengan asahan atau
sesaji serta perlengkapan lain seperti halnya upacara perkimpoian tradisional
jawa.
Tiruan mempelai yang disebut Sembonyo itu
berkaitan dengan mitos setempat mengenai terjadinya tradisi larung sembonyo.
Tradisi ini bermula dari suatu peristiwa yang dianggap pernah terjadi , yaitu
perkimpoian antar Raden Nganten Gambar Inten, dengan Raden Tumenggung Kadipaten
Andong Biru. Raden Nganten Gambar Inten juga terkenal dengan nama raden Nganten
Tengahan.
Larung Sembonyo ini mendapat inspirasi dari
legenda rakyat pantai Popoh tentang Tumenggung Yudhonegoro. Masyarakat Popoh
meyakini, dia memiliki nama asli Raden Kromodipo, seorang kepala prajurit dari
Kerajaan Mataram.
Alkisah, kata legenda itu, Yudhonegoro
mendapat perintah dari Adipati Andong Biru. Andong Biru adalah ningrat Kerajaan
Mataram yang mendapat mandat raja sebagai penguasa wilayah hutan di pesisir Jawa,
mulai dari Pacitan hingga Banyuwangi.
Mataram yang saat itu berambisi memperluas
wilayah, gencar membuka kawasan-kawasan baru. Lalu Andong Biru memerintah
Yudhonegoro agar membuka kawasan Popoh yang kala itu masih berupa hutan
belantara, menjadi daerah berpenduduk.
Andong Biru mengiming-imingi Yudhonegoro,
kelak jika berhasil membuka kawasan Popoh, dia berhak mempersunting putri
kesayangannya, Gambar Inten.
Yudhonegoro tak mengecewakan. Popoh
disulapnya menjadi kawasan berpenghuni. Kekuasaan Mataram melebar. Andong Biru
pun memenuhi kaulnya terhadap Yudhonegoro.
Sebagai ungkapan kegembiraan, Andong Biru
menggelar pesta besar-besaran pernikahan Yudhonegoro-Gambar Inten. Pesta
berlangsung Senin Kliwon, bulan Selo pada penanggalan Jawa. Di tengah kebahagiaannya
memperistri putri cantik Gambar Inten, Yudhonegoro tak lupa diri.
Ia bersyukur. Berkat sokongan sang penguasa
laut, Popoh bukan lagi hutan belantara, Gambar Inten juga jadi miliknya. Karena
itulah, Yudhonegoro melakukan sedekah laut dengan cara melarung sembonyo ke
laut pantai Popoh.
Tradisi inilah yang dipertahankan secara
turun oleh masyarakat Popoh. Hanya, dalam perkembangannya, Larung Sembonyo
tidak lagi jatuh pada Senin Kliwon, tetapi Ahad (Minggu) Kliwon.
Masyarakat Popoh mempertahankan Kliwon (hari
pasaran sesuai dengan penanggalan Jawa). Sebuah alasan praktis karena Minggu
hari libur sehingga pelancong memiliki waktu luang untuk mengikuti Larung
Sembonyo.
Upacara berlangsung setiap tahun yang jatuh
pada Ahad Kliwon (Minggu Kliwon) bulan Selo (Dzulqa'dah) sesuai dengan
penanggalan Jawa.
2.4 . Dimana
Dilaksanakannya Upacara Larung Sembonyo
Larung sembonyo
dilaksanakan di Teluk Popoh, Desa Besuki Kecamatan Besuki. Upacara adat atau upacara tradisional lainnya
yang tempat pelaksananaannya didesa Besuki, Popoh, Margomulyo, Karanggandu, dan
Karanggongso itu disebut dengan berbagai istilah: sedekah laut; larung
sembonyo; upacara adat sembonyo; mbucal sembonyo; bersih laut.
2.5 . Kapan Dilaksanakannya Upacara Larung Sembonyo
Upacara Sembonyo
dilakukan setiap bulan Selo, hari senin Kliwon setiap tahun. Tradisi inilah
yang dipertahankan secara turun oleh masyarakat Popoh. Hanya, dalam
perkembangannya, Larung Sembonyo tidak lagi jatuh pada Senin Kliwon, tetapi
Ahad (Minggu) Kliwon.
Masyarakat Popoh
mempertahankan Kliwon (hari pasaran sesuai dengan penanggalan Jawa). Sebuah
alasan praktis karena Minggu hari libur sehingga pelancong memiliki waktu luang
untuk mengikuti Larung Sembonyo.
Upacara berlangsung
setiap tahun yang jatuh pada Ahad Kliwon (Minggu Kliwon) bulan Selo
(Dzulqa'dah) sesuai dengan penanggalan Jawa.
2.6 . Upacara Larung Sembonyo Besar-besaran
Upacara Larung sembionyo
pada tahun 1985 dilaksanakan secara besar-besaran setelah sebelumnya terhenti
akibat situasi politik. Peringatan saat itu dibantu Pemda kab. Trenggalek dalam
rangka promosi wisata.Upacara Sembonyo dilaksanakan penuh syarat syarat, dan
beraneka ragam larangan. Hal ini mempengaruhi watak masyarakat Popoh, khususnya
masyarakat nelayan yang membutuhkan ketekunan, ketabahan dan keberanian
menantang maut, yang mengintai setiap saat. Laut ladangnya, laut tempat
rejekinya.
2.7 . Alat Dan Perlengkapan Upacara Larung Sembonyo
Sembonyo sebenarnya
nama mempelai tiruan berupa boneka kecil dari tepung beras ketan, dibentuk
seperti layaknya sepasang mempelai yang sedang bersanding. Duduk diatas perahu
lengkap dengan peralatan satang, yaitu alat unutuk menhjalankan dan
mengemudikan perahu. Penggambaran mempelai tiruan yang bersanding diatas perahu
ini dilengkapi pula dengan sepasang mempelai tiruan terbuat dari ares atau
galih batang pisang, diberi hiasan bunga kenangadan melati, lecari. Karena
sembonyo mengambarkan mempelai, maka perlengkapan upacara adat sembonyo juga
dilengkapi dengan asahan atau sesaji serta perlengkapan lain seperti halnya
upacara perkawinan tradisional jawa.
Perkawinan itu
dilaksanakan pada hari senin kliwon , bulan selo, dimeriahkan dedngan kesenian
Tayub selama 40 hari 40 malam. Bertolak dari dongeng itulah upacara adat Larung
Sembonyo dilaksanakan dari tahun ke tahun oleh masyarakat teluk Popoh sampai
sekarang.
Secara garis besar
tahap tahap upacara adat Larung Sembonyo dibagi menjadi dua tahap persiapan
yang meliputi: malam widodaren membuat sembonyo, kembar mayang, menyiapkan
encek /sesaji serta menyiapkan kesenian jaranan untuk penggiring dan tahap
pelaksanaan.
Sedangkan tahap
pelaksanaan upacara Larung sembonyo: arak-arakan diberangkatkan dari kantor
kecamatan watulimo menuju tempat pelelangan ikan yang telah dihiasi layaknya
pesta perkawinan. Sembonyo diusung yang diriingi para petugas upacara dalam
formasi tertentu.
Setelah dilakukan
suguh, maka sembonyo ditaruh diatas gethek kemudian dilarung kelaut lepas.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
penjelasan materi diatas, dapat kami simpulkan bahwa Mitos masyarakat teluk Popoh
tentang pembuatan kawasan teluk Popoh merupakan asal usul adanya upacara Larung
sembonyo. Masyarakat Popoh hampir seluruhnya beragama Islam, namun mereka
merasa kurang tentram hidupnya bila meninggalkan tradisi dan upacara Sembonyo
yang diyakini untuk menjaga keseimbangan dengan alam sekitarnya serta alam
semesta. Upacara Sembonyo dilakukan setiap bulan Selo, hari senin Kliwon setiap
tahun.
Pelaksanaannya
dilakukan oleh masyarakat nelayan dan petani berkaitan dengan mata pencaharian
sebagai nelayan, petani serta merupakan sarana unutuk menghormati leluhurnya
yang berjasa dalam membuka kawasan teluk Popoh. Mereka tidak ingin melupakan
jasa Tumenggung Yudo Negoro sebagai pahlawan sekaligus sebagai pendiri desa
Tawang, Tasikmadu. Jika mereka melalaikan takut ada gangguan, sulit dalam
penanngkapan ikan, panen pertanian gagal, timbul wabah, bencana alam dan
sebagainya.
B.
SARAN
Kami
memiliki beberapa saran sebagai berikut :
a. Upacara larung sembonyo merupakan salah satu upacara adat
di Kabupaten Tulungagung yang harus di jaga kelestariannya.
b. Perlunya dipublikasikan ke masyarakat khususnya daerah
Tulungagung tentang upacara larung sembonyo ini, karena menurut kami belum
banyak masyarakat yang mengenal tentang upacara larung sembonyo tsb.
c. Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat Kabupaten
Tulungagung tentang pelestarian upacara larung sembonyo, agar upacara adat ini
tidak punah dan masih dilaksanakan sampai berturun-turun ke anak cucu kita
kelak.
DAFTAR PUSTAKA
2.
Sumber-sumber yang terpercaya.