Translate

Sabtu, 23 Februari 2013

KESENIAN WAYANG KULIT

Hay guys..
ya kali ini aku akan berbagi sedikit informasi mengenai kesenian wayang kulit.
nah.. wayang kulit ini adalah kesenian asli khas Indonesia, yang pada jaman sekarang ini para anak-anak muda jarang sekali mempedulikannya. mereka lebih luka menirukan budaya-budaya luar negeri yang kurak layak dan kurang etis untuk ditiru, tapi toh nyatanya masih banyak aja yang meniru bahkan men-imitasi budaya-budaya luar negeri.
kita sebagai anak muda penerus bangsa harusnya bisa menjaga budaya-budaya Indonesia dan melestarikannya.
dibawah ini, aku akan memberi sedikit informasi tentang wayang kulit yang aku ketahui.

KESENIAN WAYANG KULIT



Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. 

Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar

Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem(standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.


Jenis-jenis Wayang Kulit Berdasar Daerah

  • Wayang Kulit Gagrag Surakarta
  • Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
  • Wayang Kulit Gagrag Jawa Timuran
  • Wayang Bali
  • Wayang Kulit Banjar (Kalimantan Selatan)
  • Wayang Palembang (Sumatera Selatan)
  • Wayang Betawi (Jakarta)
  • Wayang Cirebon (Jawa Barat)
  • Wayang Madura (sudah punah)
  • Wayang Siam



    CONTOH TOKOH WAYANG KULIT :

    • 1. Dewa-dewi wayang

      Sang Hyang Adhama, Sang Hyang Sita, Sang Hyang Nurcahya, Sang Hyang Nurrasa, Sang Hyang Wenang, Sang Hyang Widhi, Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang Rancasan, Sang Hyang Ismaya, Sang Hyang Manikmaya, Batara Bayu, Batara Brahma, Batara Candra, Batara Guru, Batara Indra, Batara Kala, Batara Kresna, Batara Kamajaya, Batara Narada, Batara Surya, Batara Wisnu, Batara Yamadipati, Batari Durga, Batara Kuwera, Batara Cingkarabala, Batara Balaupata, Hyang Patuk, Hyang Temboro.

      • 2. Ramayana

      Anggada, Anila, Anjani, Dasarata, Hanoman, Indrajit (Megananda), Jatayu, Jembawan, Kosalya, Kumbakarna, Aswanikumba, Laksmana, Parasurama, Prahasta, Rama Wijaya, Rawana Satrugna, Sita, Subali, Sugriwa, Sumali, Sumitra, Surpanaka (Sarpakenaka), Trikaya, Trijata, Trinetra, Trisirah, Wibisana, Wilkataksini, Dewi Windradi
      • 3. Mahabharata

      Abimanyu, Resi Abyasa, Amba, Ambalika, Ambika, Antareja, Antasena, Arjuna, Aswatama, Baladewa, Banowati, Basupati, Basudewa,Bima, Bisma, Burisrawa, Bayu, Cakil, Citraksa, Citraksi, Citrayuda, Damayanti, Dewayani, Drona (Dorna), Drestadyumna, Dretarastra, Dropadi, Durgandini, Durmagati, Dursala (Dursilawati), Dursasana, Duryodana (Suyodana), Drupada, Ekalawya, Gatotkaca, Gandabayu, Gandamana, Gandawati, Indra, Janamejaya, Jayadrata, Karna, Kencakarupa, Kertawarma, Krepa, Kresna, Kunti, Madri, Manumanasa, Matswapati, Nakula, Nala, Niwatakawaca, Pandu, Parasara, Parikesit, Puru, Rukma, Rupakenca, Sadewa, Sakri, Sakutrem, Salya, Sangkuni, Samba, Sanjaya, Santanu, Sarmista, Satyabama, Satyajit, Satyaki, Satyawati, Srikandi, Subadra, Sweta, Udawa, Utara, Utari, Wesampayana, Wicitrawirya, Widura, Wirata, Wisanggeni, Wratsangka, Yayati, Yudistira, Yuyutsu.









      Kamis, 21 Februari 2013

      MAKALAH PLH : LARUNG SEMBONYO


      NAMA : VIRDAUS SAPUTRI
      KELAS : 11 IPA 5
      SMA NEGERI 1 BOYOLANGU,TULUNGAGUNG

      BAB  I
      PENDAHULUAN
      A.             LATAR BELAKANG
                     Upacara Larung Sembonyo. Dapat kita lihat, upacara tersebut merupakan salah satu upacara adat daerah Kabupaten Tulungagung yang dilakukan di Pantai Popoh, kecamatan Besuki. Upacara ini dilakukan dengan cara pelarungan sesajian yang dilengkapi dengan nasi tumpeng kuning yang besar dan tinggi ke laut. Upacara ini dilakukan dengan tujuan supaya di beri berkah dan memperoleh hasil laut dan hasil daratan yang melimpah.
                     Upacara larung sembonyo dilakukan oleh para petani dan nelayan warga sekitar Pantai Popoh. Dilaksanakan pada ahad kliwon pada bulan selo, sebenarnya upacara larung sembonyo dilaksanakan pada senin kliwon bulan selo. Tetapi, dengan alasan tertentu upacara ini dilaksanakan pada Ahad Kliwon bulan selo. Upacara larung sembonyo ini, mendapat inspirasi dari legenda Popoh tentang Tumenggung Yudhonegoro. Masyarakat Popoh meyakini, dia memiliki nama asli Raden Kromodipo, seorang kepala prajurit dari Kerajaan Mataram.
                     Yudhonegoro mendapat perintah dari Adipati Andong Biru. Andong Biru adalah ningrat Kerajaan Mataram yang mendapat mandat raja sebagai penguasa wilayah hutan di pesisir Jawa, mulai dari Pacitan hingga Banyuwangi. Mataram yang saat itu berambisi memperluas wilayah, gencar membuka kawasan-kawasan baru. Lalu Andong Biru memerintah Yudhonegoro agar membuka kawasan Popoh yang kala itu masih berupa hutan belantara, menjadi daerah berpenduduk.
                     Andong Biru mengiming-imingi Yudhonegoro, kelak jika berhasil membuka kawasan Popoh, dia berhak mempersunting putri kesayangannya, Gambar Inten. Yudhonegoro tak mengecewakan. Popoh disulapnya menjadi kawasan berpenghuni. Kekuasaan Mataram melebar. Andong Biru pun memenuhi kaulnya terhadap Yudhonegoro.
                     Kemudian Tumenggung Yudhonegoro melakukan pelarungan sesajian ke laut Popoh dan sampai sekarang tradisi tersebut masih dijalankan oleh masyarakat sekitar pantai Popoh.








      B.             RUMUSAN MASALAH
      Rumusan masalah yang diajukan adalah :
      1.     Apa yang di maksud dengan upacara larung sembonyo ?
      2.     Siapa saja yang melakukan upacara larung sembonyo ?
      3.     Bagaimana asal-muasal terjadinya upacara larung sembonyo ?
      4.     Dimana dilaksanakannya upacara larung sembonyo ?
      5.     Kapan dilaksanakan upacara larung sembonyo ?
      6.     Pada tahum berapa dilakukan upacara larung sembonyo besar-besaran ?
      7.     Apa saja alat perlengkapan untuk melakukan upacara larung sembonyo ?


      C.            TUJUAN PENELITIAN

      1.     Mengetahui secara jelas tentang upacara larung sembonyo
      2.     Mengetahui dengan jelas asal-muasal upacara larung sembonyo
      3.     Memberitahukan kepada teman-teman tentang salah satu upacara adat yang ada di Tulungagung, yaitu upacara larung sembonyo
      4.     Menginformasikan kepada masyarakat Tulungagung yang belum mengenal tentang upacara larung sembonyo
      5.     Agar masyarakat Tulungagung melestarikan upacara larung sembonyo ini yang ada sejak zaman nenek moyang kita

      D.            KEGUNAAN PENELITIAN
      Penelitian dilakukan untuk menyelesaikan tugas yang di berikan oleh guru PLH kami dalam meneliti dan menjabarkan tentang salah satu upacara adat yang ada di Kabupaten Tulungagung. Kami meneliti tentang upacara larung sembonyo yang di lakukan di pantai Popoh, Tulungagnug. Dan di dalam makalah kami ini berisi tentang apa itu upacara larung sembonyo, asal-muasalnya, alat perlengkapan yang di gunakan dalam upacara larung sembonyo, dll.







      BAB II
      PEMBAHASAN
      2.1 . Upacara Larung Sembonyo
      Upacara larung sembonyo merupakan salah satu upacara adat yang ada di daerah Kabupaten Tulungagung. Pelaksanaan upacara larung sembonyo ini dilaksanakan dengan cara melarungkan sesajian ke laut dengan berharap mendapatkan berkah, keselamatan dan memperoleh  hasil laut dan daratan yang melimpah.

      2.2 . Yang Melakukan Upacara Larung Sembonyo
      Pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat nelayan dan petani berkaitan dengan mata pencaharian sebagai nelayan, petani serta merupakan sarana unutuk
      menghormati leluhurnya yang berjasa dalam membuka kawasan teluk Popoh. Mereka tidak ingin melupakan jasa Tumenggung Yudo Negoro sebagai pahlawan
      sekaligus sebagai pendiri desa Tawang, Tasikmadu. Jika mereka melalaikan takut
      ada gangguan, sulit dalam penangkapan ikan, panen pertanian gagal, timbul wabah, bencana alam dan sebagainya.

      2.3 . Asal-muasal Upacara Larung Sembonyo

      Mitos masyarakat teluk Popoh tentang pembuatan kawasan teluk Popoh merupakan asal usul adanya upacara Larung sembonyo.
      Sembonyo sebenarnya nama mempelai tiruan berupa boneka kecil dari tepung beras ketan, dibentuk seperti layaknya sepasang mempelai yang sedang bersanding. Duduk diatas perahu lengkap dengan peralatan satang, yaitu alat unutuk menhjalankan dan mengemudikan perahu. Penggambaran mempelai tiruan yang bersanding diatas perahu ini dilengkapi pula dengan sepasang mempelai tiruan terbuat dari ares atau galih batang pisang, diberi hiasan bunga kenangadan melati, lecari. Karena sembonyo mengambarkan mempelai, maka perlengkapan upacara adat sembonyo juga dilengkapi dengan asahan atau sesaji serta perlengkapan lain seperti halnya upacara perkimpoian tradisional jawa.
      Tiruan mempelai yang disebut Sembonyo itu berkaitan dengan mitos setempat mengenai terjadinya tradisi larung sembonyo. Tradisi ini bermula dari suatu peristiwa yang dianggap pernah terjadi , yaitu perkimpoian antar Raden Nganten Gambar Inten, dengan Raden Tumenggung Kadipaten Andong Biru. Raden Nganten Gambar Inten juga terkenal dengan nama raden Nganten Tengahan.
      Larung Sembonyo ini mendapat inspirasi dari legenda rakyat pantai Popoh tentang Tumenggung Yudhonegoro. Masyarakat Popoh meyakini, dia memiliki nama asli Raden Kromodipo, seorang kepala prajurit dari Kerajaan Mataram.
      Alkisah, kata legenda itu, Yudhonegoro mendapat perintah dari Adipati Andong Biru. Andong Biru adalah ningrat Kerajaan Mataram yang mendapat mandat raja sebagai penguasa wilayah hutan di pesisir Jawa, mulai dari Pacitan hingga Banyuwangi.
      Mataram yang saat itu berambisi memperluas wilayah, gencar membuka kawasan-kawasan baru. Lalu Andong Biru memerintah Yudhonegoro agar membuka kawasan Popoh yang kala itu masih berupa hutan belantara, menjadi daerah berpenduduk.
      Andong Biru mengiming-imingi Yudhonegoro, kelak jika berhasil membuka kawasan Popoh, dia berhak mempersunting putri kesayangannya, Gambar Inten.
      Yudhonegoro tak mengecewakan. Popoh disulapnya menjadi kawasan berpenghuni. Kekuasaan Mataram melebar. Andong Biru pun memenuhi kaulnya terhadap Yudhonegoro.
      Sebagai ungkapan kegembiraan, Andong Biru menggelar pesta besar-besaran pernikahan Yudhonegoro-Gambar Inten. Pesta berlangsung Senin Kliwon, bulan Selo pada penanggalan Jawa. Di tengah kebahagiaannya memperistri putri cantik Gambar Inten, Yudhonegoro tak lupa diri.
      Ia bersyukur. Berkat sokongan sang penguasa laut, Popoh bukan lagi hutan belantara, Gambar Inten juga jadi miliknya. Karena itulah, Yudhonegoro melakukan sedekah laut dengan cara melarung sembonyo ke laut pantai Popoh.
      Tradisi inilah yang dipertahankan secara turun oleh masyarakat Popoh. Hanya, dalam perkembangannya, Larung Sembonyo tidak lagi jatuh pada Senin Kliwon, tetapi Ahad (Minggu) Kliwon.
      Masyarakat Popoh mempertahankan Kliwon (hari pasaran sesuai dengan penanggalan Jawa). Sebuah alasan praktis karena Minggu hari libur sehingga pelancong memiliki waktu luang untuk mengikuti Larung Sembonyo.
      Upacara berlangsung setiap tahun yang jatuh pada Ahad Kliwon (Minggu Kliwon) bulan Selo (Dzulqa'dah) sesuai dengan penanggalan Jawa.

      2.4 . Dimana Dilaksanakannya Upacara Larung Sembonyo
      Larung sembonyo dilaksanakan di Teluk Popoh, Desa Besuki Kecamatan Besuki.  Upacara adat atau upacara tradisional lainnya yang tempat pelaksananaannya didesa Besuki, Popoh, Margomulyo, Karanggandu, dan Karanggongso itu disebut dengan berbagai istilah: sedekah laut; larung sembonyo; upacara adat sembonyo; mbucal sembonyo; bersih laut.

      2.5 . Kapan Dilaksanakannya Upacara Larung Sembonyo
      Upacara Sembonyo dilakukan setiap bulan Selo, hari senin Kliwon setiap tahun. Tradisi inilah yang dipertahankan secara turun oleh masyarakat Popoh. Hanya, dalam perkembangannya, Larung Sembonyo tidak lagi jatuh pada Senin Kliwon, tetapi Ahad (Minggu) Kliwon.
      Masyarakat Popoh mempertahankan Kliwon (hari pasaran sesuai dengan penanggalan Jawa). Sebuah alasan praktis karena Minggu hari libur sehingga pelancong memiliki waktu luang untuk mengikuti Larung Sembonyo.
      Upacara berlangsung setiap tahun yang jatuh pada Ahad Kliwon (Minggu Kliwon) bulan Selo (Dzulqa'dah) sesuai dengan penanggalan Jawa.

      2.6 . Upacara Larung Sembonyo Besar-besaran
      Upacara Larung sembionyo pada tahun 1985 dilaksanakan secara besar-besaran setelah sebelumnya terhenti akibat situasi politik. Peringatan saat itu dibantu Pemda kab. Trenggalek dalam rangka promosi wisata.Upacara Sembonyo dilaksanakan penuh syarat syarat, dan beraneka ragam larangan. Hal ini mempengaruhi watak masyarakat Popoh, khususnya masyarakat nelayan yang membutuhkan ketekunan, ketabahan dan keberanian menantang maut, yang mengintai setiap saat. Laut ladangnya, laut tempat rejekinya.

      2.7 . Alat Dan Perlengkapan Upacara Larung Sembonyo
      Sembonyo sebenarnya nama mempelai tiruan berupa boneka kecil dari tepung beras ketan, dibentuk seperti layaknya sepasang mempelai yang sedang bersanding. Duduk diatas perahu lengkap dengan peralatan satang, yaitu alat unutuk menhjalankan dan mengemudikan perahu. Penggambaran mempelai tiruan yang bersanding diatas perahu ini dilengkapi pula dengan sepasang mempelai tiruan terbuat dari ares atau galih batang pisang, diberi hiasan bunga kenangadan melati, lecari. Karena sembonyo mengambarkan mempelai, maka perlengkapan upacara adat sembonyo juga dilengkapi dengan asahan atau sesaji serta perlengkapan lain seperti halnya upacara perkawinan tradisional jawa.
      Perkawinan itu dilaksanakan pada hari senin kliwon , bulan selo, dimeriahkan dedngan kesenian Tayub selama 40 hari 40 malam. Bertolak dari dongeng itulah upacara adat Larung Sembonyo dilaksanakan dari tahun ke tahun oleh masyarakat teluk Popoh sampai sekarang.
      Secara garis besar tahap tahap upacara adat Larung Sembonyo dibagi menjadi dua tahap persiapan yang meliputi: malam widodaren membuat sembonyo, kembar mayang, menyiapkan encek /sesaji serta menyiapkan kesenian jaranan untuk penggiring dan tahap pelaksanaan.
      Sedangkan tahap pelaksanaan upacara Larung sembonyo: arak-arakan diberangkatkan dari kantor kecamatan watulimo menuju tempat pelelangan ikan yang telah dihiasi layaknya pesta perkawinan. Sembonyo diusung yang diriingi para petugas upacara dalam formasi tertentu.
      Setelah dilakukan suguh, maka sembonyo ditaruh diatas gethek kemudian dilarung kelaut lepas.


      BAB III
      PENUTUP
      A.        KESIMPULAN
                   Dari penjelasan materi diatas, dapat kami simpulkan bahwa Mitos masyarakat teluk Popoh tentang pembuatan kawasan teluk Popoh merupakan asal usul adanya upacara Larung sembonyo. Masyarakat Popoh hampir seluruhnya beragama Islam, namun mereka merasa kurang tentram hidupnya bila meninggalkan tradisi dan upacara Sembonyo yang diyakini untuk menjaga keseimbangan dengan alam sekitarnya serta alam semesta. Upacara Sembonyo dilakukan setiap bulan Selo, hari senin Kliwon setiap tahun.
                   Pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat nelayan dan petani berkaitan dengan mata pencaharian sebagai nelayan, petani serta merupakan sarana unutuk menghormati leluhurnya yang berjasa dalam membuka kawasan teluk Popoh. Mereka tidak ingin melupakan jasa Tumenggung Yudo Negoro sebagai pahlawan sekaligus sebagai pendiri desa Tawang, Tasikmadu. Jika mereka melalaikan takut ada gangguan, sulit dalam penanngkapan ikan, panen pertanian gagal, timbul wabah, bencana alam dan sebagainya.

      B.         SARAN
      Kami memiliki beberapa saran sebagai berikut :
      a.      Upacara larung sembonyo merupakan salah satu upacara adat di Kabupaten Tulungagung yang harus di jaga kelestariannya.
      b.     Perlunya dipublikasikan ke masyarakat khususnya daerah Tulungagung tentang upacara larung sembonyo ini, karena menurut kami belum banyak masyarakat yang mengenal tentang upacara larung sembonyo tsb.
      c.      Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat Kabupaten Tulungagung tentang pelestarian upacara larung sembonyo, agar upacara adat ini tidak punah dan masih dilaksanakan sampai berturun-turun ke anak cucu kita kelak.





      DAFTAR PUSTAKA
      2.     Sumber-sumber yang terpercaya.

      TUGAS B.INDONESIA : HANG TUAH




      Nama         : Virdaus Saputri          ( 33 )
      Kelas           : XI IPA 5
      Sekolah      : SMAN 1 BOYOLANGU
      Tugas Bahasa Indonesia !
      Hikayat Hang Tuah
      Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak HangMahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orangdi Sungai Duyung mendengar kabar teng Raja Bintan yang baik dan sopan kepadasemua rakyatnya.Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepadaistrinya yang bernama Dang Merdu,”Ayo kita pergi ke Bintan, negri yang besar itu,apalagi kita ini orang yang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebihmudah mencari pekerjaan”.
      Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit.Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmudpun terbangun danmengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau sepertiwangi-wangian.
      Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepadaistri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsungmemandikan dan melulurkan anaknya.Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain,baju, dan ikat kepala serbaputih. Lalu Dang Merdu memberi makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam,ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untukHang Tuah.
      Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu.Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya,”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh”. Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untukpersediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orangyang mati dan luka-luka.
      Orang-orang pemilik toko meninggalkan tokonya danmelarikan diri ke kampong. Gemparlah negri Bintan itu dan terjadi kekacauandimana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah,”Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung.?”Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu,”Negri ini memiliki prajurit danpegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya”. Waktu ia sedang berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil menghunuskan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko,katanya,”Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!”.
      Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, iapun langsung bangkit berdiri danmemegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datangke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah pun melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkankapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelalah kepala orang itu dan mati. Maka kataseorang anak yang menyaksikannya,”Dia akan menjadi perwira besar di tanah Melayu ini”. Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekui.
      Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat danHang Kesturi bertanya kepadanya,”Apakah benar engkau membunuh pemberontakdengan kapak?”Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab,”Pemberontak itu tidak pantasdibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu”.
      Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sangHang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja.Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hatikepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja.Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama parabawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalumenyembah Sang Raja, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, adabanyak berita tentang penghianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itusudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya”. Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalubertanya, “Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?”Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, “Hormat tuanku, pegawai sayayang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan hal ini”. Maka Baginda bertitah, “Hai Tumenggung, katakana saja, kita akan membalasanya”. Maka Tumenggung menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat,untuk datang saja hamba takut, karena yang melakukan hal itu, tuan sangatmenyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya, karena jika tidak,alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu”.Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu,maka Baginda bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?”Maka Tumenggung menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selainHang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba,hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Sang Tuah sedang berbicaradengan seorang perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama DangSetia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hambadengan dikawal datang untuk mengawasi mereka”.
      Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarnamerah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu,“Pergilah, singkirkanlah si durhaka itu!”Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negri itu, tetapi si Tuah tidak mati, karena si Tuah itu perwira besar, apalagi di menjadi wali Allah.
      Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana iaduduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun raja ingin bertemu  dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah tuan inginmempunyai istri?”Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.”

      Unsur-Unsur Intrinsik
      A.   Tokoh dan karakter
      Tokoh
      Karakter
      Kalimat pernyataan
      Hang Tuah
      ü  Berani
      ü  Berbakti pada orangtua
      o  “Maka diparangnyaoleh Hang Tuahkepala orang itu”
      o  “Apabila Hang Tuahmendengar kataibunya demikianitu,maka HangTuahpun berbangkitberdiri,…”
      Raja / Baginda
      ü  Emosional
      o  “maka Rajapunterlalu murka,merahpadam mukaBaginda..”

      Temenggung
      ü  Suka iri hati
      ü  pembual
      o  “Siapakah lagi yangberani,lain daripadaSang si Tuah itu..”

      Dang Merdu
      ü  Perhatian
      ü  penyayang
      o  “Hai anakku,segeralah naik keatas kedai dahulu.”
      o  “..serta ditikamnyadada Hang Tuah,dipertubi-tubikannya.”
      Hang Mahmud
      ü  Perhatian
      ü  penyayang
      o  “…’Adapun anak inikita peliharakanbaik-baik, jangandiberi main jauh- jauh.”
      Hang Lengkir
      ü  Baik
      o  “Maka merekapunsegeralah berlari-laridatang mendapatkanHang Tuah.”
      Hang Jebat
      ü  Baik
      o  “Maka merekapunsegeralah berlari-laridatang mendapatkanHang Tuah.”
      Hang Lekiu
      ü  Baik
      o  “Maka merekapunsegeralah berlari-laridatang mendapatkanHang Tuah.”

      Hang Kesturi
      ü  Baik 
      o  “Maka merekapunsegeralah berlari-laridatang mendapatkanHang Tuah.”




      B.   Tema
      Ø  Keberanian seorang pemuda

      C.   Latar
      Ø  Tempat :
      ·         Sungai Duyung (rumah Hang Mahmud),
      ·         pasar,
      ·         kerajaan,
      ·         Sungai Perak,
      ·         Negeri Bintan
      Ø  Waktu :
      ·         malam hari,
      ·         siang hari
      Ø  Suasana:
      1.      tegang
      D.   Alur
      Ø  Alur maju

      E.   Sudut Pandang
      Ø  Pola orang ketiga (serba tahu)

      F.    Gaya Bahasa
      Ø  Bahasa Melayu,
      Ø  Majas personifikasi :
      2.      bulan turun dari langit

      G.  Pesan Moral
      Ø  Kebenaran tidak akan kalah dari kejahatan.
      Ø  Jangan suka memfitnah orang.
      Ø  Jangan gegabah dalam mengambil keputusan


      Sinopsis
      Hikayat ini bercerita tentang seorang pemuda yang dianggap istimewa olehorangtuanya karena orangtuanya mendapat mimpi tentang hal yang baik tentang anaknya.
      Ternyata mimpi itu menjadi kenyataan, Hang Tuah menjadi seorangperwira di Kerajaan Bintan dan sang raja sangat menyukainya. Tetapi karena hal itupun, banyak juga orang-orang yang tidak menyukainya.
      Orang-orang itupunmemfitnah Sang Hang Tuah sehingga sang raja menyingkirkannya. Tetapi SangHang Tuah tidak mati begitu saja, ia akhirnya menjadi raja orang Batak dan oranghutan.


      Unsur-Unsur Ekstrinsik
      1.      Nilai Moral 
      Ø  Kebenaran tidak akan kalah dari kejahatan.
      Ø  Jangan suka memfitnah orang.
      Ø  Jangan gegabah dalam mengambil keputusan

      2.      Nilai Religius
      Ø Jangan terlalu percaya pada mimpi
      Ø Selalu percaya akan kekuasaan Tuhan